Sabtu, Desember 6, 2025

Buy now

spot_img

Hari Santri Nasional, Momentum Introspeksi dan Tanggung Jawab Besar Santri untuk Bangsa

MAGETAN (Blokjatim.com) – Menyambut peringatan Hari Santri Nasional yang jatuh pada tanggal 22 Oktober, Ketua Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Magetan, KH. Muhammad Ridlo Rifa’i, Lc., mengajak seluruh santri untuk menjadikan hari santri sebagai momentum introspeksi dan penanaman kembali nilai-nilai perjuangan.

​Saat dikonfirmasi lewat pesan WhatsApp, KH. Muhammad Ridlo Rifa’i menyampaikan bahwa Hari Santri memiliki makna yang mendalam. “Bagi saya, hari santri merupakan momentum bagi santri untuk introspeksi diri bahwasanya ada tanggung jawab besar bagi setiap santri untuk menanamkan rasa perjuangan, cinta dan peduli terhadap umat, agama, nusa, dan bangsa,” ujarnya.

​Beliau menekankan bahwa penetapan Hari Santri Nasional didasari oleh peran historis santri dalam merebut kemerdekaan Republik Indonesia. “Peringatan Hari Santri Nasional diperingati atas dasar perjuangan santri dalam meraih kemerdekaan Republik Indonesia dari seluruh bentuk penjajahan,” tegasnya. Menurutnya, perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia berawal dari pendidikan ala Pesantren, yang melahirkan tokoh-tokoh pejuang melawan penjajah.

Kekecewaan terhadap Narasi Negatif Pesantren

​Di tengah momen sakral ini, KH. Ridlo Rifa’i tidak menampik rasa kecewanya terhadap narasi-narasi yang akhir-akhir ini menyudutkan santri dan pendidikan di dalam pesantren. “Maka dari itu saya sangat kecewa dengan narasi-narasi yang akhir-akhir ini menyudutkan santri terkait pendidikan di dalam pesantren,” katanya.

​Beliau mengkritik pihak yang hanya melihat pesantren dari luarnya saja. “Mereka hanya melihat santri dan pesantren dari kulit luar pandangan sekilas yang tampak, tetapi mereka tidak melihat nilai-nilai pendidikan yang tidak tampak yang hanya dirasakan oleh santri itu sendiri.”

Santri Sejati: Identitas yang Melekat Sepanjang Masa

​Menyampaikan harapannya bagi santri dan alumni, KH. Ridlo Rifa’i menolak adanya istilah “alumni santri.” Ia berpandangan, “Sekali santri selamanya dia akan santri, karena santri bukan hanya orang yang pernah mengenyam pendidikan di pesantren. Santri merupakan identitas diri yang melekat pada siapapun yang belajar agama Islam dan mau berjuang dan memperjuangkan agama.”

​Oleh karena itu, harapan terbesarnya adalah agar santri memiliki kesadaran diri akan ke-santriannya, serta memahami kewajiban dan tanggung jawabnya. “Sehingga layak dan pantas disebut santri dari tingkah laku, pribadi, dan akhlaknya,” imbuhnya.

Pesan untuk Masyarakat dan Pemerintah: Perbanyak Kebijakan Pro-Pesantren

​Kepada masyarakat dan pemerintah, KH. Ridlo Rifa’i menyampaikan pesan penting. Ia meminta agar masyarakat, khususnya para penentu kebijakan di pemerintahan, untuk mendukung peran santri dan pesantren di tengah masyarakat.

​”Kebijakan-kebijakan pro-pesantren perlu diperbanyak, baik yang terkait sumber daya manusia-nya, program-programnya, maupun infrastrukturnya,” imbuhnya. Dukungan ini diharapkan dapat membuat pelaksanaan pendidikan santri di pesantren dapat berjalan maksimal dan menghasilkan santri-santri yang mampu berkontribusi dan bermanfaat untuk masyarakat seluruh Indonesia.(ton/red)

Related Articles

- Advertisement -

Terbaru