Kamis, Desember 11, 2025

Buy now

spot_img

Kado dari Rakyat, Kritik Simbolik untuk Kejari Magetan di Hari Anti Korupsi

MAGETAN (BLOKJATIM.COM) – Peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia (Hakordia) tahun 2025 di Kabupaten Magetan tidak dirayakan dengan kemeriahan, melainkan dengan kritik moral yang tajam dan simbolik. Pada Rabu (10/12/2025), sejumlah aktivis dan warga Magetan mendatangi Kejaksaan Negeri (Kejari) setempat dan menyerahkan sebuah “kado anti korupsi” yang berisi tiga benda sederhana namun penuh makna, yakni cotton bud, obat tetes mata, dan peniti.

Aksi damai yang berlangsung di halaman kantor Kejari ini diterima langsung oleh Kepala Seksi Intelijen (Kasintel) Kejari Magetan, Moh. Andy Sofyan.

Perwakilan aktivis dari Lembaga Ekologi Swastika (LE Swastika), Rudi Setiyawan, merinci arti filosofis dari “kado” tersebut, yang secara gamblang ditujukan sebagai pengingat konstruktif bagi para penegak hukum:

Cotton bud: Diserahkan agar telinga penegak hukum tetap terbuka menerima laporan dan aspirasi masyarakat.

Obat tetes mata: Simbolis agar penglihatan penyidik tetap jernih dalam melihat dan menangani setiap dugaan pelanggaran hukum.

Peniti: Mewakili simbol keberanian untuk tetap teguh menyematkan kebenaran meskipun menghadapi tekanan atau risiko.

“Ini adalah bentuk peringatan moral kepada institusi penegak hukum agar tidak menutup mata, telinga, maupun keberanian dalam menangani kasus korupsi,” ujar Rudi Setiyawan.

Isu korupsi, yang sering kali dianggap sebagai masalah elite, ternyata memiliki dampak yang terasa hingga ke akar rumput. Widya Astuti, aktivis perempuan dari kelompok Perempuan Melawan Korupsi, menyoroti bahwa dampak terberat dari penyelewengan dana, terutama pada sektor pendidikan dan kesehatan, langsung dirasakan oleh perempuan dan anak-anak.

“Suaranya perempuan harus terus didengar dalam pengawasan dan penegakan hukum anti korupsi,” tegas Widya.

Sementara itu, Agus Pujiono dari Forum Rumah Kita menggunakan analogi yang mendalam untuk menggambarkan hubungan antara masyarakat dan penegak hukum. Ia menyampaikan bahwa kritik masyarakat, meskipun terasa pahit, justru menjadi “obat” yang diperlukan agar integritas penegak hukum tetap terjaga.

“Ibarat gaharu itu keluar harumnya jika dilubangi pohonnya dengan besi panas,” imbuhnya.

Kelompok pemuda juga tak ketinggalan menyuarakan idealismenya. Muh. Azhar Sahiz Perdana, Ketua Pemoeda Magetan Institute, menekankan bahwa simbol ketegasan adalah kunci.

“Peniti bagi kami bukan simbol kekerasan, melainkan simbol ketegasan moral dan keberanian untuk menghentikan korupsi sejak dari niatnya. Ia adalah alarm nurani bahwa setiap bentuk penyimpangan harus dilawan dan setiap amanah harus dijaga dengan integritas,” terangnya.

Pemoeda Magetan Institute menyatakan komitmennya untuk hadir sebagai kekuatan kontrol sosial yang objektif dan konstruktif, mendorong transparansi, dan menumbuhkan kesadaran bahwa pemberantasan korupsi adalah tanggung jawab kolektif.

Pihak Kejari Magetan menyambut baik aksi dan simbolisme yang diserahkan. Kasintel Moh. Andy Sofyan menyatakan apresiasi atas masukan kritis dari warga.

“Kami mengucapkan terima kasih atas perhatian dan masukan masyarakat. Kritik seperti ini menjadi energi positif bagi kami untuk terus meningkatkan profesionalitas dan menjaga integritas dalam menjalankan tugas,” ujar Andy Sofyan.

Aksi simbolik ini menjadi penutup Hari Anti Korupsi di Magetan, menegaskan bahwa perayaan Hakordia sejatinya adalah momentum nyata bagi masyarakat sipil untuk terus mengawal penegakan hukum yang bersih dan berkeadilan.(ton/red)

Related Articles

- Advertisement -

Terbaru