MAGETAN (BLOKJATIM.COM) – Pemerintah Kabupaten Magetan resmi menetapkan arah baru pariwisata untuk tahun 2026 dengan menempatkan tradisi Labuhan Sarangan sebagai ikon utama. Dari total 37 agenda wisata yang direncanakan, ritual adat di Telaga Sarangan ini diproyeksikan menjadi daya tarik nasional yang kuat.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Magetan, Joko Trihono, menjelaskan bahwa puluhan agenda tersebut telah melewati proses penilaian kelayakan (desk) untuk memastikan pelaksanaannya berjalan maksimal.
“Pada 2026 nanti ada sekitar 37 event yang mana sudah mengalami desk. Kami belum mampu untuk melakukan kurasi event karena itu membutuhkan sebuah sertifikasi. Kami melakukan desk yang kami anggap bahwa event-event ini nanti bisa dilaksanakan di Kabupaten Magetan,” ujar Joko, Jumat (12/12/2025).
Labuhan Sarangan bukan sekadar atraksi wisata biasa. Tradisi bersih desa yang identik dengan larung sesaji tumpeng raksasa ini telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Pemerintah RI. Status ini menjadi modal besar bagi Magetan untuk membawa kearifan lokal tersebut ke level yang lebih tinggi.
Joko berharap, konsistensi penyelenggaraan Labuhan Sarangan yang memadukan kirab hasil bumi dengan atraksi seni seperti Reog hingga olahraga air, dapat menarik perhatian pemerintah pusat.
“Dan kami berharap salah satunya tadi menjadi unggulan yaitu Labuhan Sarangan yang mana Labuhan Sarangan ini juga sudah menetapkan penetapan warisan budaya tak benda dari Pemerintah Republik Indonesia. Dan kami berharap nanti event itu terus akan berkembang menjadi bisa diakomodir menjadi kalender event nasional,” tuturnya.
Selain aspek pelestarian budaya, pengembangan Labuhan Sarangan dan puluhan event lainnya bertujuan untuk menghidupkan ekosistem ekonomi kreatif. Pemerintah ingin memastikan setiap gelaran memberikan dampak nyata bagi kantong masyarakat, khususnya pelaku UMKM di sekitar kawasan Telaga Sarangan.
Joko menekankan bahwa sebuah acara pariwisata harus memiliki nilai keberlanjutan yang melampaui sekadar hiburan panggung.
“Event ini saya berharap bukan hanya sekedar sebuah tampilan musik seni budaya tetapi lebih jauh dari itu. Ada sebuah kebermanfaatan yang termuat di sana selain berupaya mengembangkan sebuah tradisi yang ada tetapi juga bagaimana masyarakat ini mampu bergerak di dalamnya termasuk pengembangan UMKM dan ekonomi kreatif,”imbuhnya.
Dengan strategi ini, Labuhan Sarangan diharapkan tidak hanya menjadi ritual syukur warga lokal, tetapi juga motor penggerak ekonomi yang mampu membawa identitas budaya Magetan ke kancah nasional.(ton/red)

